La Nina merupakan fenomena cuaca ekstrem yang ditandai dengan tingginya curah hujan. La Nina berasal dari bahasa Spanyol, yang berarti ‘Gadis Kecil’. La nina terjadi karena temperatur permukaan laut selatan dan laut Pasifik di sekitar utara Australia, New Guinea, dan kepulauan Indonesia.
Adapun daerah yang berpotensi mengalami hujan lebat disertai petir hingga angin kencang antara lain Aceh, Bangka Belitung, Banten, Bengkulu, DKI Jakarta, Gorontalo. Kemudian Jambi, Jawa Barat, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, Lampung. Lalu di Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Papua, Papua Barat, Riau, Sulawesi Barat, Sulawesi Tengah, Sulawesi Utara, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, dan Sumatera Utara. Kondisi ini berpotensi terus berkembang dan masyarakat serta pemerintah harus segera bersiap menyambut kehadiran La Nina yang diprakirakan akan berlangsung dengan intensitas lemah hingga sedang hingga Februari 2022.
Kepulauan Bangka Belitung pun menjadi salah satu daerah Kepulauan yang akan dimampiri oleh La Nina. Masyarakat diharapkan mulai siap siaga menghadapi dampak musim hujan yang akan muncul. Selain berdampak pada infrastruktur, La nina pun berdampak pada ketahanan pangan karena berpotensi merusak tanaman akibat banjir, hama dan penyakit tanaman, serta juga mengurangi kualitas produk karena tingginya kadar air. Sedangkan di Sektor perikanan, akan berkurangnya pasokan ikan secara drastis akibat kondisi alam yang membuat nelayan tidak bisa melaut.
Badan Penaggulangan Bencana Daerah ( BPBD) Provinsi Kepualauan Bangka Belitung segera mengambil langkah-langkah kesiapsiagaan. Koordinasi dengan dinas terkait sesuai dengan tugas pokok fungsi dan kewenangannya serta pemantuan secara berkala mengenai informasi iklim dan perkembangan cuaca maupun peringatan dini cuaca ekstrem dengan BMKG terus di tingkatkan. Dibawah komando Kepala Pelaksana Harian ( Kalakhar) BPBD Provinsi Kepualuan Bangka Belitung, Mikron Antariksa, sudah mempersiapkan sebanyak 500 orang tenaga TRC, termasuk peralatan penanggulangan hydra meteorologi seperti perahu karet dan logistik berupa bahan makanan/pangan.
Edukasi dan sosialisasi kepada masyarakat terkait kesiapsiagaan mengahadapi bencana pun harus terus dilakukan. La Nina merupakan momok yang menyeramkan bagi penduduk yang berdomisili di daerah pantai atau pesisir. Namun sebelum hal itu terjadi, masyarakat dapat melakukan pencegahan dini terhadap bencana misalnya dengan membersihkan drainase, memangkas dahan atau ranting kering serta memangkas pohon-pohon besar yang rawan tumbang. Salah satu cara yang paling sederhana untuk memperoleh informasi tentang kebencanaan adalah dengan memonitor melalui aplikasi atau website yang menyediakan informasi terkait dengan cuaca dan iklim.
Hasil kajian BMKG tentang kejadian La Nina tahun 2021 menunjukkan peningkatan curah hujan pada November-Desember-Januari, terutama di wilayah Sumatra bagian selatan, Jawa, Bali hingga NTT, Kalimantan bagian selatan dan Sulawesi bagian selatan. La Nina tahun ini diprediksikan relatif sama dan akan berdampak pada peningkatan curah hujan bulanan berkisar antara 20 – 70% di atas curah normalnya. Kewaspadaan dalam menghadapi musim hujan ini selain wilayah-wilayah yang langganan atau berpotensi banjir , lebih waspada lagi pada periode puncak musim hujan yang diprediksi akan dominan terjadi bulan Januari dan Februari 2022.
Perubahan iklim telah membuat fenomena La Nina menjadi semakin sering dan intensitasnya semakin tinggi, hal ini harus menjadi perhatian khusus bagi kita semua. La Nina terjadi ketika angin pasat (trade wind) berembus lebih kuat dari biasanya di Samudera Pasifik bagian tengah dan timur, mendorong massa air hangat ke barat sampai ke Indonesia. Pemanasan global telah membuat laut menjadi semakin hangat. Dampaknya merembet ke aspak-aspek cuaca yang lain.
Tak banyak yang dapat kita lakukan untuk menghadapi bencana demi bencana yang datang menghampiri. Hal-hal sederhana untuk mengantisipasi dapat kita lakukan untuk mengurani dahsyatnya dampak kebencanaan. Kesadaran untuk menjaga alam bumi pertiwi dengan bersikap sigap,dan cepat dapat kita lakukan saat bencana datang. “We do not see nature with our eyes, but with our understandings and our hearts.” –William Hazlett ( Kita tidak bisa melihat alam dengan mata kita saja, namun dengan pemahaman dan hati kita). ( Lury).